Posted in Rambling thoughts, Visa Application

Buat E-Passport Yuk!

Tahun lalu ada berita gembira dari Kedubes Jepang. Katanya kalau ke Jepang bisa bebas visa bagi warga Negara Indonesia per September 2014. Bener gak sih? Ternyata bener lho! Tapi, syaratnya si pemegang passport harus punya e-passport. Dalam arti lain, passportnya udah bukan yang biasa, tapi sudah diganti menjadi e-passport.

 

Apa sih e-passport itu?

Sejujurnya sih, kalau secara fisik passport elektronik (e-passport) sama aja kaya passport biasa. Hanya saja di cover depan pojok kanan ada tanda seperti kamera, nah konon itu adalah chip yang ditanamkan di passport. Chipnya tidak terlihat alias menyatu dengan cover passport, jadi apabila sudah punya e-passport, si pemilik harus lebih hati-hati nih hehe. Mungkin karena chip ini, biaya pembuatan e-passport pun lebih mahal dari passport biasa, biaya pembuatan bisa 2x lipatnya. Berdasarkan peraturan pemerintah, biaya yang dikenakan adalah sebesar 655.000 rupiah. Dari info yang saya baca, di dalam chip yang tertanam di passport elektronik, terdapat data-data pemilik passport seperti nomor unik passport, NIK, nama lengkap, nama lengkap ibu kandung, foto, nationality, kebangsaan dan data-data penting lainnya.

 

Caranya buat e-passport gimana?

Gampang banget!  Waktu itu saya buat di Imigrasi Jakarta Selatan (Warung Buncit). Sebelumnya, saya sudah pernah tulis sih insiden pembuatan perpanjangan passport saya disini. Tapi, untuk lebih berurutan, saya tulis lagi step-stepnya ya :

 

 1. Googling, googling, googling!

Saya suka heran, di jaman yang canggih kaya gini, kok masih ada aja orang yang gak cari info dulu sebelum melakukan sesuatu (dalam  hal ini, membuat passport). Karena kemarin, pas di imigrasi, banyak banget orang-orang yang gak bisa lanjut proses karena salah bawa data, kurang data asli dll. Sayang banget kan? Udah jauh-jauh dateng, antri pula, pas sampe gak bisa proses. Wasting time.

Sebelum mulai kumpulin data, bisa baca-baca lagi disini:

http://www.imigrasi.go.id/

2. Siapkan data-data

Siapkan data-data yang dibutuhkan, jangan sampai ada yang ketinggalan yah.. penting untuk diingat, beberapa data yang dibutuhkan HARUS DIBAWA aslinya lho. Kemarin kasihan banget, ada ibu-ibu sama anaknya cuma bawa fotokopian aja, jadi mereka pulang lagi. Data-data yang harus di bawa bisa lihat disini .

Data-data yang dibutuhkan adalah :

  1. KTP yang masih berlaku (ASLI harus dibawa + Fotocopy di A4, tidak usah dipotong seukuran KTP)
  2. Kartu Keluarga (ASLI harus dibawa + fotokopi)
  3. Akta Kelahiran/ Akta Perkawinan/ Buku Nikah / Ijazah/ Surat Baptis (ASLI harus dibawa + fotokopi)
  4. Passpor lama – Jika sudah memiliki passport/ mau perpanjang / mau ganti ke e-passport (ASLI harus dibawa + fotokopi)

Semua data-data yang di atas, fotokopiannya harus diurutkan berdasarkan urutan tersebut ya. Jadi disana sudah rapi J. Untuk file asli letakkan di urutan paling depan, karena pas masuk akan diminta untuk diperlihatkan ke petugas, jadi nanti gak ribet nyari-nyari lagi.

 

3. Datang ke Imigrasi terdekat

Sampai tulisan ini dibuat, registrasi untuk pembuatan e-passport tidak bisa via online. Jadi harus datang langsung ke Imigrasi. Sayang banget ya? Padahal pembuatan passport online itu cukup membantu lho, karena kita isi data via online, jadi sudah tidak perlu lagi isi formulir pas datang ke imigrasi. Antrian di Imigrasinya pun lebih sedikit dan lebih pendek.

Karena di Imigrasi Jak-Sel salah satu favorit dan paling banyak peminat, jadi sebaiknya harus datang pagi. What I mean with ‘Pagi’ is datang subuh hehehe. Serius! Kenapa? Soalnya, kuota pembuatan perhari untuk aplikasi manual (non online) hanya dibatasi 150 aja.

Percaya gak percaya, waktu itu saya datang jam 5 subuh. Sudah sampai di Imigrasi, kirain udah paling pagi, ternyata udah ada antrian 6 biji! Yasalam, pada dateng jam berapa ya? Lalu saya iseng nanya ke Ibu-ibu yang baru datang jam 7, dia dapet No.51. Nah lho! Stresss :D.

Pas datang, langsung liat ke lobbynya, walaupun belum buka (untuk ambil nomor antrian), biasanya sudah ada antrian siluman alias antrian map-map yang dijejerin di lantai sesuai dengan waktu kedatangan. Jadi langsung aja taro map di antrian paling belakang, jadi nanti kalau ada yang datang lagi, map mereka akan antri di belakang map kita. Duileh, segitunya banget ya? :p , waktu itu, Map saya di urutan ketujuh hehe..

 

4. Ikuti step-step di Imigrasi

  • Setelah (terpaksa) sabar menunggu, sekitar jam 7, petugas imigrasi akan memberikan briefing di Lobby, jadi mereka memberikan kesempatan bagi pengunjung yang antri untuk bertanya. Briefing aja setengah jam..udah kaya mau upacara 17an. Tapi salut sih dengan imigrasi Jakarta selatan, yang begitu terstruktur dan lebih sistematis. Bayangin aja, mereka harus memberikan briefing setiap hari ke para pengunjung. Beda banget dengan kondisi 5 tahun yang lalu.
  • Jam 7.30, para antrian akan dipersilahkan ke lantai 2. Salutnya lagi, kala itu semua pengunjung tertib dan jalan sesuai dengan urutan antrian siluman yang udah ada dari subuh hehe.
  • Sampai di lantai dua, sebelum diperbolehkan ambil nomor dan duduk di ruang tunggu, semua pengunjung akan diminta untuk berbaris dan menyiapkan dokumen asli untuk diperlihatkan ke petugas. Jadi, sekiranya ada yang ga bawa, pasti disuruh pulang. Males kan? Udah dari Subuh, eh disuruh pulang. Supaya gak ribet, siapkan dokumen asli di urutan paling depan.
  • Kalau sudah memenuhi syarat, akan dikasih nomor dan formulir. Pas ambil nomor, jangan lupa bilang ke petugas “Mas/Mba, saya minta formnya yang buat E-PASSPORT ya”. Supaya gak ketuker. Pada dasarnya, form sama aja, tapi yang untuk e-passport akan dicap “e-passport” dengan tinta merah di lembar depan.
  • Isi formulir. Kalau gak yakin dengan cara pengisiannya, jangan buru-buru diisi sendiri. Karena, dari jam 7.30 sampai jam 8.00, petugas akan memberikan briefing cara isi formulir. Jadi nanti akan ada acara “isi formulir berjamaah” hehehe. Salut juga sama bagian ini, soalnya jadi meminimalisasi kesalahan pengisian dan lebih efisien (petugas tidak memberikan jawaban yang berulang-ulang)
  • Sesudah isi form, nunggu dipanggil deh.
  • Pas dipanggil, foto, sidik jari, wawancara basa-basi.
  • Enaknya, bisa langsung bayar lho, melalui atm atau teller terdekat, atau bisa debit juga. Untuk e-passport, biayanya Rp.655.000,-
  • Enaknya kalau dapat nomor kecil, jam 9 atau 9.30 sudah bisa selesai, karena prosesnya cepet, antrinya yang lama. Mau gak antri lama? Googling aja, imigrasi mana yang agak sepi hehe.
  • Tinggal ambil passport deh. Untuk e-passport jadinya 3-5 hari kerja. Pengambilan passport setelah jam 12 siang. Jadi total datang ke imigrasi Cuma 2x.

Gampang banget kan 🙂

 

Terus beneran bebas visa gak ke jepang kalau udah e-passport?

BENERAAAN! Yaay.. jadi bisa bebas visa selama 3 tahun (per kedatangan diberikan durasi 15 hari).

Syaratnya cuma : jangan lupa register dulu di Japan Embassy sebelum pergi ke Jepang. Registrasi ini cuma sekali kok, jadi kalau udah ada sticker bebas visa, bulan depan mau ke Jepang lagi, gak usah register lagi, layaknya kita pergi ke Singapore atau ke Malaysia.

 

Registernya gimana?

Ini juga gampang, bisa baca disini

  1. Isi formulir yang bisa download disini
  2. Dateng jam 9 ke Japan Embassy di Thamrin (untuk wilayah Jakarta) dengan membawa e-passpor yang asli
  3. Ambil nomor
  4. Nunggu dipanggil
  5. Pas dipanggil, serahkan e-passport asli dan formulir yang sudah diisi
  6. Besok udah bisa diambil dengan sticker bebas visa yang mejeng di halaman e-passport.
  7. pengambilan setelah jam 12 siang. Tapi datang agak awal ya, biar cepet selesai, waktu itu saya datang jam 2, dapat nomor 251 T_T

Saya pun kemarin sumringah pas dari Embassy, H-3 mau ke Japan, sticker bebas visa udah mejeng di halaman e-passport.

Hello Again, Japan!!

Posted in Rambling thoughts

Tragedi Passport Rusak : Teracam Batal ke Jepun!

Tulisan ini dipersembahkan buat semua orang yang kerjanya suka banget nunda-nunda kerjaan. Termasuk saya!

 *ditulis dengan  rasa KZL!

 

Jadi gini ceritanya, passport saya itu sudah habis masa berlaku dari bulan September 2014, seharusnya, sudah sewajarnya kalau passport di urus sebelum expired, ye kan? Masih mending lah kalau belum ada rencana apa-apa, lha ini sudah sangat jelas lho kalau saya ada tiket buat ke Jepang awal Maret ini. Entah kerasukan setan malas dari mana, akhirnya sampai awal Februari pun belum juga ngurus perpanjangan Passport. Padahal, tinggal sebulan kurang. Iya! Sebulan kurang aja udah harus jalan ke Jepun, tiket pesawat udah ada, hotel udah booking semua. Tapi passport ga ada! Dasar kamu gilaaaak mbaknyaa! Akhirnya, tanggal 11 Februari 2015 baru tergerak untuk bikin perpanjangan passport.

Dokumen asli udah siap, dokumen fotokopi juga udah lengkap, materai udah bawa sendiri dan dengan sangat percaya diri, saya datang ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan tanggal 12 Feb 2015. Sampe sana jam 5 subuh dan ajaibnya sudah ada antrian yang diwakilkan oleh map karton di depan ruang tunggu. Map karton saya yang berwarna kuning pun ikut mengantri dan saya jejerkan di lantai. Menurut hitungan, saya akan dapat nomer 7.  Waktu terus bergerak sampai pada saatnya jam 8 tiba dan saya siap untuk dipanggil. Saat tiba saatnya saya dipanggil ke loket nomor 2, mbak petugas berjilbab yang cantik mulai memeriksa dokumen saya. Dokumen tentu saja sudah lengkap dan langsung dirapikan. Si mbak petugas nanya, “memang ada rencana kemana mba? “ dan buru-buru saya jawab “Jepang mba, insha allah”. Tiba-tiba salah satu petugas di belakang menimpali:

Petugas II : “Mba itu passportnya rusak ya?”

Petugas I : *bolak-balik passport*, “oh iya mba, ini rusak ya passpornya?

Saya : “mana mba, oh ini ya, iya ini kaya ketumpahan apa yak kok jadi gini, saya juga ga ngeh” *sambil tetep pede kalau proses perpanjangan bisa lancar*

Petugas I : “iya mba, ini kita kategorikan rusak, dan harus lapor dulu baru bisa diproses perpanjangan passportnya

Saya : *bengong* “maksudnya mba?

Petugas I : “iya silahkan mbak ikut Bapak ini dulu, buat lapor ya

Saya : *berdiri sambil jalan ngikutin Bapak-bapak yang bawa dokumen saya*

Bapak I : “mbak, ini saya daftarkan dulu ya untuk dibuatkan BAP, baru abis itu bisa perpanjang passport, besok mbak datang lagi kesini jam setengah sepuluh

Saya : *lemes* “aduh pak, jadi saya belum bisa perpanjang ya?”

Bapak I : “Belum mbak, besok datang lagi untuk BAP, baru tunggu hasil BAP 3 hari kerja, kalau disetujui untuk bisa proses perpanjangan esok harinya, kalau e-passport kan 5 hari kerja

 

JENG JENG!!!! JADI SAYA BELUM BISA PROSES PERPANJANGAN PASSPORT SAMPE MINGGU DEPAN YANG MANA UDAH TANGGAL 20 FEBRUARI, YANG MANA BELUM LAGI HARUS REGISTRASI BEBAS VISA SEBELUM TANGGAL 4 MARET! YASALAAAM…

  Lemes lah saya dan pulang dengan langkah gontai. Kesel? Jelas, tapi bukan dengan petugas imigrasi yang sudah baik menjelaskan prosesnya. Tapi kesel sama diri sendiri yang kurang aware sama kondisi dokumen penting dan suka nunda-nunda kerjaan. Ini seharusnya tidak akan menjadi masalah kalau saya sudah mulai prosesnya dari tahun kemarin atau at least bulan Januari juga masih aman lah. Lha ini? Maret tinggal di depan mata!

Saya sudah ikhlas kalau memang tidak jadi pergi gara-gara ini. Karena semua murni kesalahan saya. Biar kapok dan jadi pelajaran buat diri sendiri. Hiks!   (tulisan akan di update lagi ya) #cedih #sukurin #siapasuruhpemalas

 

-Update 17 Februari 2015-

EPISODE : Sakitnya Tuh Didieeeeeu!

Jumat, 13 Februari 2015. Friday the 13th ceritanya, bikin suasana mencekam mengiringi saya pergi ke Imigrasi. Waktu saat itu menunjukkan 9.30 pagi, saya langsung nangkring di kursi tempat pembuatan BAP, tanpa ambil nomor. Tiba-tiba seorang petugas menyapa “ada apa mbak pagi-pagi kok duduk di depan meja saya?” , langsung saya jelaskan kondisi suram dengan muka dimelas-melasin (padahal ya emang melas banget sih) bahwa saya mau buat BAP passport rusak. Setengah jam saya ditanya-tanya, kapan passport rusak, kapan sadarnya, kenapa rusak, dsb dsb.. meski petugasnya ramah, tetep aja deg deg deg serr! macam mau ketemu calon mertua dan menunggu keputusan approval hubungan selanjutnya ke jenjang yang lebih jauh T__T . SUNGGUH!

Kemudian, tibalah saatnya yang buat saya bener-bener lemes.. “Mba, ini kan dokumen Negara, harusnya bisa dijaga baik-baik ya.. mba tau gak sanksinya apa?” Saya langsung menggeleng-gelengkan kepala dengan masang muka paling melas, kaya muka lagi nungguin beduk maghrib, udah penghabisan banget mukanya. “Bisa dikenakan denda mba, mba harus membayarkan sejumlah uang atas kelalaian ini” Secercah harapan tiba, kaya abis terdampar di pulau yang ga ada penghuni selama sebulan, tiba-tiba dateng bantuan bawa satu kontainer makanan. Berarti, denda doang mah, ya bisa lah ya! langsung saya jawab “saya akan bayar mas dendanya..” Kemudian mas petugas bilang lagi..

itu kalo disetujui BAP nya, kalo gak disetujui?” Saya hening. Mas nya hening tapi sambil senyum sinis dan alis diangkat satu. Bah! T__T

kalo ga disetujui gimana mas emangnya?” kata saya pucat, sepucat muka-muka pocong abal-abal di felem-felem horor indonesia.

kalo gak disetujui, bisa kena penangguhan passportnya, selama enam bulan sampai dua tahun mba” sahut si mas lempeng.

AAAAPPPPPPPPPPAAAAAAAAAAAA???!!!!!!!!!!!!!!!!

Bagai disambar petir pas bulan madu. Bagai menanti tanggal 25 ternyata gajian ditunda 6 bulan kemudian. Bagai kejatohan tangga sambil kena setrikaan. Sakitnya tuh didieeuuuu mas! hiks hiks…   Akhirnya, dengan lesu saya menjawab, “ya udah mas, beta pasrah saja ngana mau kasih apa..” sambil kasih tiket ke Jepang, supaya si mas tau, beta mau berangkat ke Jepang tanggal 4 Maret.   “ya udah mba, selasa depan hubungin saya lagi ya, siapa tahu mba gak kena penangguhan..siapa tahu lho mba saya gak janji

Mas, bukannya Pria itu sudah sepatutnya berjanji dan berkomitmen mas! tolong mas! beri saya komitmen! saya sudah tak sanggup lagi T___T Saya pun pulang dan pasrah. Kalau memang tidak jadi berangkat, ya sudahlah. *intro lagu Fade to Black – Ya Sudahlah Pemirsa, nantikan episode selanjutnya, episode bagian “Eneng Menanti Keputusan”   #cedih #sukurin #siapasuruhpemalas

 

-Update 18 Februari 2015-

EPISODE : Neng Menunggu Kepastian

Rabu, 18 Februari 2015. Akhirnya saya dateng ke imigrasi (lagi). Bawa dokumen lengkap dengan perasaan campur aduk, kaya abis marahan ama pacar, trus mau ketemuan lagi, deg-degan bakalan putus apa melanjutkan hubungan. Ya begitulah, boro-boro kepikiran dandan cantik buat foto passpor yang-akan-bertengger-selama-lima-tahun, gak kena penangguhan aja saya udah bersyukur banget. Jam 2 janjian sama mas-mas imigrasi. Tapi jam 1 saya udah duduk manis di keramaian antrian imigrasi. Saya gak ambil nomor sih, soalnya konon katanya, langsung datang aja ketemu Bapak Budi ~ bukan nama yang sebenarnya. Satu jam menunggu tanpa kepastian, rasanya tuh.. kaya mau pup campur lagi mules datang bulan. Akhirnya saya pun dipanggil..

Si mas : “Atas nama siapa Mba?”

si neng : “Scarlett Johansson” ~ anggap dia #halusinasi.

Saya menyebut nama saya dengan shy-shy cat , tetap pasang muka semelas mungkin.

si mas : “oh, ini berkasnya. Tunggu sebentar ya, nanti langsung foto

Whaaattt! jadi kena penangguhan apa engga nih? lalu saya mengurus pembarayan dan duduk sambil nunggu difoto. KONFIRM. Foto saya di passpor nantinya, bukan lagi kaya abg jaman suka ngirupin lem aibon berkaleng-kaleng, tapi kombinasi antara muka bengep abis diputusin pacar sama muka mirip A’A kang*n band yang poninya legenda. Ya! caur abiss mukanya! Hamba ga sempet dandaaaan , accckkk!! Tapi saya sih belum bisa bernafas lega, sebelum passport ini bisa jadi tanggal 25 Februari 2015. Karena waktu saya cuma tersisa tanggal 26,27 Feb dan 2, 3 Mar untuk registrasi bebas visa. Jadi, masih haraf haraf cemas menanti kepastian. Sekian update hari ini Pemirsa,   Ttd, Neng yang masih menunggu kepastian T_T

-Update 24 Februari 2015-

EPISODE : Secercah Harapan itu ada di dalam sebuah SMS

Waktu menunjukkan pukul 15.21. Mata sudah sayu-sayu srigala (karena ganteng ganteng srigala sudah terlalu mainstream) di tengah alotnya weekly meeting . Kemudian handphone saya bergetar. Saya menatap iPhone versi jebot yang sudah setia menemani saya selama hampir 5 tahun (ternyata bukan pacaran aja yang awet kaya cicilan mobil, ama handphone saya juga awet lhoo, antara awet sama gak mampu beli yang baru beda tifiiis..). Sebuah nomor tidak dikenal. Dengan malas saya membuka sms :

Mbak ayu, passpor sudah jadi, kapan bisa diambil di Imigrasi?”

YA ALLAAHHH. Terima kasih! rasanya pengen njungkir balik di ruang meeting, rasanya pengen nyanyi-nyanyi pake gagang telpon di ruang meeting. Akhirnya, ada secercah harapan di sebuah sms pada handphone yang jebot. Tapi tentu saja saya tidak boleh senang dulu. Karena masih ada satu PR lagi, yaitu registrasi bebas visa. Karena di web embassy tertulis : “Bagi pemohon Bebas VISA yang tidak dikabulkan permohonannya, harus melakukan permohonan VISA seperti biasa.” . Karena toh, jika tidak dikabulkan, jadi harus apply visa normal, yang akan memakan waktu 3-5 hari kerja. *menghela nafas. Jangan menyerah. Selangkah lagi!  

 

Update 25 Februari 2015-

EPISODE : Menjemput Secuil Impian

Judulnya gak nahan ya? tapi emang iya banget nih.. deg-degan gitu pas mau ambil passport. Semacam mau ketemu gebetan untuk first date gitu lah. *udh terakhir kalu udah 6 tahun yang lalu? hamba sudah lupa rasanya hhihih Akhirnya, passport baru di tangan! HOREEEE! dengan tanda chip di cover depan, yang mendandakan passport ini sudah e-passport. Saat itu saya langsung run-run small untuk ke halte busway terdekat, langsung cuss ke Embassy Japan untuk langsung registrasi bebas visa (visa waiver). Sampai Embassy jam 10.30, masih bisa registrasi karena dibuka sampai jam 12. “besok datang lagi ya untuk ambil passportnya” kata mbak-mbak penjaga loket yang ramah. Duh. Walaupun kemungkinan besar disetujui, tetap saja saya deg-degan. Karena segala kemungkinan buruk masih ada. Siapa yang tahu? Tapi, marilah berpositive thinking dulu hari ini, semoga diijinkan dan dipermudah Allah untuk ke Jepang lagi. Sampai jumpa besok! *cape juga beta updatenya -_-

 

 

-Update 26 Februari 2015-

EPISODE : Keajaiban itu ada!

Seperti instruksi mba loket di embassy Japan, kalau saya harus datang lagi keesokan harinya. Menurut informasi web embassy, pengambilan visa buka jam 13.30 sampai dengan jam 15.00. Saya sampai di embassy tepat jam 13.30 dan antrian sudah mengular di pintu depan. Cuaca hari itu yang terik, membuat orang-orang mengeluh dan hampir saling serobot di antrian karena pengennya ngantri di tempat yang teduh :P.

Betapa kagetnya hamba begitu masuk ke dalem, ruangan penuuh banget layaknya imigrasi Jakarta selatan. Saya pun langsung memencet tombol nomor antrian dan mandapatkan nomer 249. Lalu melirik nomor yang sedang berjalan, masih nomer 99 T_T. Untung saja, pelayanan pengambilan visa di embassy Jepang ini cepet banget, sejam kemudian nomer saya pun dipanggil. Dalam 5 menit sudah selesai, passpor lama dan passpor baru saya sudah di tangan! Saya buka di lembar ketiga, ada sticker dan cap bebas visa selama tiga tahun dengan durasi 15 hari per kedatangan.

Ingin rasanya saya cubit-cubit pipi mas yang jaga loket, apadaya, kaca memisahkan kita. Rasanya ingin menebar senyuman di sana-sini dengan setiap orang yang ada di embassy sambil cium tangan, bahagia banget rasanya! yang aneh, malah visa saya jadi duluan daripada teman-teman lain yang mau jalan bareng sama saya. Ada yang belum sempat ambil, ada yang belum selesai. Keadaan bisa berbalik menjadi saya duluan yang megang visa. Hehehe, karena keajaiban itu ada!

visa waiver'  

Ingin rasanya saya menorehkan tinta sendiri di lembaran passport dengan tulisan “Yokoso Japan!”  😀 .

Alhamdulillah 🙂

Posted in Rambling thoughts, Uncategorized

My Kinda Traveling Style

 

Nah, kali ini saya bukan mau sharing catper. Tapi sharing iseng aja tentang gaya berpakaian sewaktu traveling. Gpp dong yah? ^ ^

Jadi karena saya suka posting foto-foto liburan, kadang ada beberapa temen yang komen, “ihh.. ngapain ke pantai pake dress panjang/ maxi dress? Kaya mau ke pesta?”  atau “ke daerah pantai lengkap amat accessoriesnya? Antingnya gede-gede banget?” dan “elo jalan-jalan make rok? Yang beneer?!! Apa gak ribet?”. And I was like “Masalah buat looo?” hihihi

Karena menurut saya, gaya berpakaian sewaktu traveling itu tidak ada yang salah atau benar, bukan tentang diatur-atur sama komentar orang atau bukan tentang ke pantai itu rumusnya harus pake celana pendek, sandal jepit atau apalah. Tapi gaya berpakaian itu tentang nyaman dan tidak nyaman, pede dan tidak pede. Seandainya si pemakai baju salah kostumpun (dalam hal ini adalah saya misalnya), toh gak ada ruginya buat yang komentar bukan? Paling ruginya pada sakit mata aja sih hehe

Jadi sah-sah aja, saya mau bawa aksesoris sekoper atau mau pakaian yang heboh, selagi itu memang menunjang kebahagiaan saya sewaktu liburan :).

 

Barang penting gak penting

Saya jadi inget, beberapa teman-teman saya yang hobby jalan-jalan, selalu mempunyai barang-barang wajib yang tidak penting yang harus dibawa. Contohnya, nail polish aka Kuteks! Mau ke pantai atau gunung, mereka selalu ga lupa pakai (dan bawa) kuteks. Bagi sebagian orang pasti bertanya-tanya, kenapa? Kok ribet amat?. Lho, memang ada yang salah kalau itu membuat perjalanan lebih menyenangkan, membahagiakan dan percaya diri? Enggak ada yang salah kan? 🙂

Lalu apa sih barang penting gak penting saya yang selalu saya bawa kalau liburan?

Printilan Aksesoris  

Penting tapi ga penting beneer ini! hhihi.. saya (mudah-mudahan) ga pernah lupa make anting kalau liburan. Anting gede sih biasanya… biar macam tante-tante mau arisan 😀 dan supaya eye catching matching kalau difoto. Beberapa kali saya juga suka pakai kalung atau gelang, tapi pilih salah satu biar gak terlalu rame. Diusahakan anting yang keliatan kalau difoto hihihi.. udah pernah dicibir orang gara-gara aksesoris liburan ini, tapi saya sebodo sih 🙂

Bali firnes
Bedugul – Bali – Rindu Masa-masa ini :). Me with that anting jengkol hunting di ITC dan maxi dress biru beli di ITC juga hihi. sukses dihina-hinaa tapi tetep happy!
DSC_5939
Siloso Beach – Singapore. Baju & celana random store ITC tak ketinggalan Anting gede buatan sendiri 🙂 . sukses diliatin india-india. Ini mba saposee? bergaya ala model tapi kok badannya agak melar dan pendek yaa? *lalalalala

 

Topi

Mau ke gunung atau ke pantai, saya selalu bawa topi. Buat apa? Ya buat melindungi muka dari panas matahari (selain buat gaya tentunya). Kalaupun saya ga bawa, pasti saya beli di tempat yang kaya kunjungi. Bisa dibilang hampir setiap pergi pasti saya beli topi. Gara-gara ini saya jadi kebingungan nyimpen topi-topi koleksi di kamar yang sempit. Belum lagi bingung masukinnya di koper pas mau pulang. Kalau dimasukin koper, topi lecek, ditenteng, rempong. Hahaha..

DSC_0406
Menuju Kawah Bromo. Red hat. Coat – Online Shop, Puma Shoes, pink shawl – Mirota Batik. Backpack Adidas. Dalam liburan ini, pink shawl juga saya pakai buat bawahan pas basah-basahan ke Sempu Island.
DSC_0280
Gili Nanggu – Lombok. Topi beli dimana lupaa. Terusan warna biru gonjreng – random store ITC. Bracelet – Pasar Sukowati. Anting buatan sendiri.
7
Belitong. Topi lagi dan anting jengkol lagi, Mbaa kamu hitam sekaliii!! Acccckkkk!
DSC_0241
Maya Bay – Phuket. Tee & Hot pants – Uniqlo. Bikini & Hat – random traditional market di Phuket. Berangkat ga bawa topi, pulang-pulang bawa topi :p

 

Shawl / Pasmina

Menurut saya, shawl atau pashmina ini termasuk menjadi barang dengan kategori penting. Fungsinya bisa banyak, beberapa fungsi saya jabarkan dibawah ini :

  • Bisa menutupi leher kalau kedinginan di pesawat
  • Bisa menutupi bahu kalau kedinginan di pesawat / malam hari
  • Bisa menjadi pelindung kepala (semacam kerudung) sebelum makai helm, kalau mau keliling naik motor. Ya siapa tau helm rentalnya bau apek? 😀 *true story
  • Bisa buat tatakan tempat tidur, kalau dapet di hotel jelek dan tempat tidurnya agak-agak malesin buat ditidurin. Ini juga true story, pengalaman pribadi pas ke sukabumi dapet hotel yang ‘ajaib’ hehe
  • Bisa buat kain pantai, kalau males bawa kain pantai yang gede
  • Bisa buat tutupan bawahan bikini
  • Bisa buat gaya apalagi kalau warnanya lucuk.

Nah, lumayan kan? Satu barang berfungsi banyak.

DSC_0576
Sempu Island. Satu perjalanan sama bromo, pink shawl saya pake lagi buat bawahan. Baby-G watch. Topi gak pernah ketinggalan dan anting-anting yg menggantung di telinga saya. Duilee.. mau kemana sih mba?

 

Eyeliner!

Aduh, jadi maluu.. saya cinta banget sama eyeliner, karena bisa bikin mata kelihatan tajam, padahal mata saya juga ga sipit sih.. entah sejak kapan saya mulai cinta eyeliner, yang jelas, jadi makin tambah pede kalau pake eyeliner. Saya pernah ke mall gak pake bedak atau lipgloss tapi tetep make eyeliner. It’s like a must-have magic stuff in my cosmetic bag 😀 . Kalau ada orang yang ga bisa satu haripun gak pakai pinsil alis, saya adalah orang yang gak bisa satu haripun gak pakai eyeliner *tertunduk hina. Jadiilah saya traveling juga selalu make eyeliner, walau jam 3 pagi bangun untuk liat sunrise, walau mau snorkeling, walau mau basah-basah cantik di pantai, teteeep make eyeliner. Hinalah akuu.. 😀

revlon
Eyeliner favorit sehari-hari. Murahpuun.. gampang dihapus, gak cepet luntur kena air.

 

Traveling style

Kemudian, gimana gaya berpakaian kamu kalau liburan? Cuek? Boyish? Casual – Feminine? Miss matching?  Pakaian penuh warna tabrak lari? Semua yang dipakai harus branded? Atau apa adanya? Semuanya sah-sah aja!

 

I love skirt and Maxi Dress

Kalau saya sih harus mengakui aja, saya emang punya banyak rok. Saya mulai lupa, apakah karena memang saya senang banget pakai atau pakai rok karena harus menutupi paha saya yang babon atau karena saya feminine. Mungkin ketiganya benar, karena saya harus pintar-pintar mengakali paha yang besar, jadi saya beli banyak rok.  Karena punya banyak, jadi seneng pake kan. Karena seneng pake, jadi feminine 😛 . Sampai traveling pun kadang-kadang saya pakai rok. Dicibir orang? Ga masalah, yang penting saya nyaman dan percaya diri.

Tapi saya masih waras kok, saya ya gak mungkin lah ke naik gunung make rok hehe. Selama ini sih kalau ke pantai atau keliling kota aja paling. Menurut saya praktis-praktis aja ke pantai pakai rok, biasanya kalau untuk ke pantai, saya pilih yang bahannya tipis dan gampang kering. Dalaman rok langsung pakai bikini, mau lepas bikini tinggal plorotin hehe.. kadang saya jadi gak perlu outer bikini (luaran/ penutup bikini), karena bisa pakai rok yang tadi karena gampang kering. Kadang sih ke pantai pakai hot pants, tapi nyusahin kalau mau ke toilet, karena saya beser banget yaa.. kayanya kok lelet harus buka celana dulu kalau udah kebelet:p , oh iya.. gak ketinggalan penampakan paha babon saya kalau pakai celana.. hiks..

Daan.. saya cintaa bener juga sama maxi dress, karena menutupi kaki saya yang ga panjang. Walaupun salah model dikit bisa keliatan saya kaya orang hamil hehehe *cedih..Biasa maxi dress saya pakai buat malam hari, misal kalau mau dinner-dinner cancik di resto pinggir pantai. Ah, jadi kangen liburan lagi!

Bali dress
Maxi dress Cavalier – Museum Antonio Blanco, Bali Gaya princess ala-ala *silahkan muntah ya 😀
DSC_0003
Nicole’s Kitchen – Puncak. Blue dress – cavalier. Red necklace – Random traditional market di Phuket. Salah satu dress kesayangan ^ ^
???????????????????????????????
Gili Trawangan – Nemu rok pendek bahan tipis ini di Mirota Batik dan cuma 50 ribu ajaa!

 

Branded vs ITC

Siapa sih yang gak suka barang branded? Cantik nan ciamik tapi harganya bikin kantong kempes. Semenjak suka liburan, saya jadi diharuskan untuk memilih, pilih mana: mau banyak liburan atau banyak punya branded stuffs? Gak bisa dua-duanya, demi kesehatan dompet, atm juga investasi masa depan. Oh iya, biasanya branded stuffs saya juga kebanyakan kado, hihihi.. baik banget ya yang pada ngasih kado.. atau mungkin mereka iba kepada saya saking jarangnya beli branded stuffs hehehe

Jadi, okelah, gak semuanya harus branded, karena barang lokal / barang murah pun banyak yang bagus atau saya buat lebih spesifik: barang yang di jual di ITC juga lucu-lucu kok! Banget! Selama itu cocok sama kita, bagus kita pakai, nyaman, tidak membohongi kemampuan finansial dan bisa menjadi diri kita sendiri, kenapa tidak?

Saya punya temen yang pengen banget punya sepatu merk cukup mahal, sebut saja merk X, tapi pas dipake, jalannya kaya robot dan bikin kaki sakit (karena dia gak bisa pake high heels, cuma ikut-ikutan temen yang beli aja). Nah jadi gak bagus dong diliat? Atau beli baju merk terkenal, tapi pas dipakai gak cocok.. ih.. buang-buang duit aja dong ya? Mending duitnya buat beli tiket ke Turkiii.. yekaan?

Biasanya, kalau sepatu, saya rela nabung dengan sabar, supaya bisa beli merk yang memang terkenal awet. Karena kalau sepatu gak nyaman, udah pasti buat ga pede, sakit atau cepet rusak. Jadi agak mahal dikit gapapa yang penting awet dan nyaman.

Kalau baju liburan, beli di ITC udah paling bener buat saya. Biasa ITC mangga dua/Ambassador/ITC kuningan. Murah, banyak model lucu-lucu, kalau rusak (pas liburan) ga bikin nangis bombay karena toh harganya murmer :p .

IMG_3885
Saya lagi ngupil di stasiun kereta jadul di Yangon. Baju biru ITC, celana pendek yg bikin keliatan paha babon dan tas kesayangan Nat Geo hasil hunting di Singapore (less than idr 100rb). Tas besar, multifungsi banget dan murmer *happy wallet
DSC_0313
USS. Inner – Random FO, Outer chiffon – random store ITC, Vincci Sandal – hasil hunting diskon di KL, necklaces – made by me 🙂

 

Warna Gonjreng!

dan saya suka warna gonjreng kalau liburan. Alasannya? karena bagus kalau difoto dan bikin sakit mata yang liat. Hahaha.. ini seriuss.. saya favorit warna merah kalau liburan hehe.. ciamik deh difoto. Kontras 🙂 #bebasneng #atur

DSC_0158
Gunung Mas – Puncak. Pink tee – random store ITC. Red legging – uniqlo. Baby-G watch. Red VS green 🙂 . Tolong abaikan besarnya lengan saya ya..
DSC_0216
Tanjung Aan – Lombok. Dress Merah gonjreng – ITC. Anting Jengkol – Pasar Sukowati. Pose model ala-ala *ala-ala gagal

 

Jadi, begitulah sekelumit sharing gak penting ini. Pada akhirnya, gimanapun gaya pakaian liburan kita, yang penting adalah kita menikmati liburan kita. Cuekin aja orang mau ngomong apa. Enjoy your holiday, cherish every steps with your travel mate, friends or your beloved one. Happiness depends upon ourselves ~ Aristotle.