Posted in Thailand

Island Hopping : Phi-Phi Tour

Mau lanjut sharing tentang Phuket. Errrr… blogger amatir banget sih, updatenya lambreta 😀

Jadii, hari selanjutnya saya di Phuket, tibalah saatnya di hari kesekian untuk saya menggoreng badan dan bergosong-gosong ria dengan Island Hopping di Phi-phi island dan sekitarnya. Sebenernya agak bingung, mau Phi-Phi tour atau James Bond tour, tapi semalam sebelumnya sudah keburu capek untuk milih-milih dan menimbang-nimbang. Saya pikir-pikir, kemana aja yang penting cuaca cerah, akan menyenangkan kok. Mure abis ya anaknya hahahaha.

Dan bener aja dong, di hari island hopping ini, cerah banget! Gak kebagian mendung sedikitpun. Harga tour saya dapatkan seharga 2000 baht dengan destinasi yang bererot. Mahal sih buat saya. Tapi waktu  cari tour di hari pertama, udah malem banget, males nawar lama-lama, yang lebih murah sebenernya banyak juga, cuma karena keduluan yang lain, jadi full booked semua.

Saya dijemput oleh pihak tour jam 08.00, karena saya sekalian check out, jadilah bawa-bawa buntelan koper untuk dititipin di minivan selama saya tour. Si supir sempet shocked, karena kan space nya udah dihitung buat peserta tour. Untunglah malam sebelumnya saya sudah bilang ke pihak tour, kalau saya mau bawa koper karena sekalian check out. Akhirnya dengan berat hati, pak supir menaikkan buntelan saya ke kursi paling depan yang kemudian koper ini dititipin di Office Royal Phuket Marina Harbour, tempat keberangkatan tour phi phi. Makasih ya pak! 😀

Sampai di Royal Phuket Marina Harbour, para peserta tour di kumpulkan. Saya tidak begitu suka ikut tour, karena waktu pasti akan dibatasi, terlebih lagi jika pesertanya banyak kali ini, satu boat bisa 25 orang dari berbagai mancanegara. Pengalaman ikut tour island hopping yang paling indah buat saya adalah waktu ke Belitong. Waktu itu milih travel tour yang tidak popular dan lebih murah, eh malah satu boat isinya cuma berempat alias cuma rombongan saya aja. Puas banget!! Beda lagi waktu di Halong Bay, walaupun peserta ramai, tapi karena tidak ada acara snorkeling, masih bisa santai dan tidak terburu-buru. Beda  banget sama ke Phuket ini..

IMG_9123
Backlight – Royal Marina Phuket

Saya pun menaiki boat yang keren! Jalannya kencang sampai loncat-loncat, berhasil membuat gigi kering jika mangap terlalu lama dan rambut jabrik tertepa angin. Harus diakui, Indonesia memang kalah telak di fasilitas transportasi pariwisata dengan Negara tetangga. Pada awalnya, si tour guide yang saya lupa namanya, menceritakan tujuan tour hari itu akan ke bla bla bla. Jadwalnya adalah Forest Monkey, Viking cave, Loh Samah, Maya Bay, Phi Phi, Bamboo (khai) Island dan mungkin ada beberapa lagi yang saya lupa namanya (saking banyaknya). Sebenernya memang mustahil bisa mengunjungi tempat sebanyak itu dalam waktu seharian, dimana sore harinya jam 16.30 sore kita sudah harus sampai di Royal Marina Phuket karena mempertimbangkan faktor cuaca (kalau sore, angin akan lebih kencang). Tetapi bukan travel agent namanya kalau tidak memiliki brosur yang menggoda calon pengguna jasa. Pengguna jasa pun terbuai dan akhirnya membayar harga yang ditawarkan.

DSC_0192
Di dalam boat, saya orang indonesia sendiri 🙂

Ternyataa.. dari destinasi sebanyak itu, beberapanya hanya dilewatin aja alias sightseeing gitu deh. Zzzzz.. kaya di Viking cave, cuma berhenti sebentar dan mendengarkan si tour guide jelasin yang kurang lebih seperti ini “oke bapak-bapak ibu-ibu, jadi yang di sebelah kiri ini adalah Viking cave bla bla..  dulunya adalah na..na..na.. na.. , sekarang mari kita lanjutkan perjalanan ke … “ ya nasip ikut tour.

DSC_0277
Viking Cave
DSC_0286
Viking Cave (liat-liat aja -_-)
DSC_0285
cuma bisa kasih makan ( di boat ) ke ikan-ikan bergerombol nan lucu di bawah sana

Tempat pemberhentian kedua adalah Forest Monkey, disini rombongan tour dijinkan turun untuk memberi makan monyet-monyet. Itupun 15 menit saja sodara-sodara hihih…. Rombongan turis dari Brazil pun dongkol sama si mas Tour Guide “whaatt? Fifteen minutes??!” dan mereka pun turun sambil misuh-misuh. Untung saya takut sama monyet, jadi gak terlalu kepengen ngasih makan monyet-monyet dengan pisang, lagian di Bali juga banyak. Waktu luang pun saya gunakan dengan berfoto-foto saja bak foto model versi large di ayunan 😛

DSC_0294
forest monkey – phuket
DSC_0313
ocean rocks

Sambil berkejar-kejaran dengan waktu, akhirnya rombongan sampai di Loh Samah. Airnya berwarna hijau turqouis tua. Sebagian berwarna turqouis terang karena terpapar sinar matahari. Di sekelilingnya terutupi tebing-tebing batu tinggi menjulang yang ditumbuhi rumput-rumput tipis. Sehingga terlihat perpaduan warna langit, air dan tebing-tebing yang mempesona. Rombongan pun sibuk melongok ke luar boat, pada gak sabar pengen nyebur. Disini rombongan diperbolehkan untuk snorkeling 30 menit saja. Hahahaha.. tapi lumayan lah cibang cibung walau sebentar, sempet bergelut dengan ikan-ikan kecil dan taburan remahan roti. Saya sibuk terpana dengan warna warni ikan-ikan kecil yang berenang berkelompok. Ketika saya memegang remahan roti di telapak tangan, mereka dengan liarnya mengatup-ngatup telapak tangan saya. Rasanya geli dan gremet-gremet, seperti sedang fish spa namun yang ini dengan ikan yang sepertinya sangat kelaparan. Lagi-lagi saya menyesal tidak punya camera underwater T_T.

DSC_0246
Loh Samah
DSC_0249
Snorkling di Loh Samah
DSC_0257
Loh Samah

Tangan belum saja keriput karena air laut, tetapi dengan berat hati rombongan sudah harus naik kembali ke boat untuk menuju Maya Bay (Phi Phi Leh). Disinilah setting film The Beach yang dimainkan oleh Kang Mas Leonardo. Dari kejauhan sudah terlihat kilauan air hijau turqouis. Saya terpana. Mungkin karena didukung langit yang tak lelah menunjukkan biru cerianya, membuat Maya Bay makin berkilau dari kejauhan. Boat pun berhenti sebentar dan membiarkan penumpang sibuk mengambil foto sana-sini dan merekam video sebelum akhirnya boat merapat dan rombongan diperbolehkan turun.

Ternyata memang setelah film The Beach, tempat ini luar biasa ramai. Udah kaya cendol di ancol tapi beda warna airnya aja. Bahkan mau berenang-renang di tepian pun saingannya banyak banget! Bisa-bisa sikut-sikutan. Tampaknya, musim liburan atau bukan, Maya Bay ini tetap saja ramai. Salah satu yang saya kagumi adalah saya tidak menemukan sampah sepanjang mata saya memandang. Benar-benar memanjakan mata dan jiwa :). Kalau saja tidak seramai ini, saya pasti sudah gelar kain pantai di bawah bayangan tebing di atas pasir putihnya yang berkilau. Lalu memesan es kelapa muda dan merebahkan badan, membiarkan mata bermanja-manja menikmati Maya Bay yang berkilauan. *kemudian disiram air seember oleh Tour guide* 😀 Lalu, samar-samar terdengar…   “okay.. okay.. time is up! now back to the boat, back to the boat! We are going to another island for lunch. Come on come on, back to the boat!” *dengan gaya ala tour guide kaya lagi ngangon kambing* kemudian kambing-kambing pun berlari-lari kecil ala penjaga pantai Baywatch takut ketinggalan boat.

DSC_0193
Ketika hampir sampai di Maya Bay
DSC_0209
Perahu-Perahu – Maya Bay
DSC_0222
Ramai!
DSC_0226
cendol gan!
DSC_0194
ketika akan meninggalkan Maya Bay

Setibanya rombongan di sebuah pulang yang saya lupa namanya , rombongan diberikan makan siang “All You Can Eat” di sebuah restaurant besar di pinggir pantai. Berhubung saya laper pake banget, jadi pas banget dengan tema “All You Can Eat”. Menunya pun enak-enak dan menurut saya cukup ‘wah’ untuk rombongan tour.  Alhasil, jadilah makan segentong dan berkali-kali bolak balik nambah. Lupakanlah bikini sejenak. Bila lapar, halal hukumnya ke pantai make bikini dengan perut buncit kekenyangan. Rombongan tour cukup lama bersantai-santai di pulau ini dan menikmati makan di bangunan seperti pendopo yang teduh di bibir pantai ditemani suara kicauan burung, sampai akhirnya suara tour guide samar-samar terdengar kembali. Artinyaa.. lariiiii!

IMG_9219
Lunch

Bamboo Island adalah tujuan terakhir dari Island Hopping. Disini (akhirnya) rombongan tour mendapatkan waktu lamaa untuk bersantai. Di pinggir pantai terdapat banyak pendopo-pendopo kecil untuk bersantai. Di pulau ini juga banyak terdapat pepohonan rindang mirip seperti hutan kecil tetapi dengan beralaskan rumput dan pasir pantai. Jadi, tanpa alas kaki pun tidak masalah karena bebas lintah dan pacet :P. Saya akhirnya menggelar kain pantai di bawah pohon rindang. Sesekali saya nyelup ke pantai sambil melihat bonus film 3D alias bule brazil yang pacaran membabi buta di pantai, mungkin pelampiasan karena dari tadi ga bisa santai-santai hehe. Setelah puas foto-foto dan santai-santai, akhirnya rombongan harus kembali ke Royal Marina Harbour. Island hopping seharian itu bener-bener ga kerasa yaa.. tau-tau udah sore 😥

IMG_9229
White Sand – Bamboo Island
IMG_9226
Relaxing – bamboo island
IMG_9222
Bamboo Island – Phuket

Malam harinya, saya juga sempat nonton pertunjukkan Simon Cabaret. Ngapain liat bencong? ya penasaran juga, pengen liat beneran gak lebih cantik dari cewe beneran 😛

Pertunjukkannya lumayan menghibur dan dapat dipastikan keuntungan dari tiket masuk Simon Cabaret ini menjadi salah satu pendapatan yang cihuy bagi dunia pariwisata di Thailand. Tiket masuk per orang untuk VIP seat seharga 800 baht dan regular 700 baht untuk pertunjukkan selama satu jam. Sayang sekali, di dalam tidak boleh mengambil foto maupun merekam video selama pertunjukan berjalan. Jadi gagal mau ngasih bocoran :p

Anyhow, warianya matre-matre juga deh. Jadi di saat akhir pertunjukkan, penonton diperbolehkan foto bareng tapi bayar ke waria yang kita pilih untuk foto bareng (per orang lupa deh, mungkin sekitar 30rb s.d 50rb). Banyak penonton yang ga mau rugi dengan foto berkali-kali dengan waria yang sama, kalau lagi apes, bisa ditagih lagi sama warianya dengan suara yang besar “kamu kan foto 4 kali gaya, bayarnya juga 2x dong!” nah lho!

???????????????????????????????
:O putih ya si mbak eh mas, eh..
???????????????????????????????
huwoww, perutnya!
Posted in Thailand

Menuju Kita ke Phuket!

Yaay! Akhirnya ada kesempatan untuk melihat kota Phuket. Dari dulu penasaran banget karena ada yang bilang bagus banget dan ada yang bilang biasa aja lah. Tetapi kalau saya sih, seperti biasa, kemana aja deh yang penting jalan-jalan, nemuin hal-hal baru melihat hal hal yang mungkin di tempat yang biasanya kita tinggal kita tidak akan menemukan pengalaman seperti kalau kita jalan-jalan #tsaahh #nyilem . Lagipula, biasanya bagus atau tidaknya itu tergantung selera dan pendapat masing-masing kan?

Big Buddha dan Sunset di Promp Thep Cape

Hari pertama, saya mencoba menginap di sekitar Kata, dimana hampir kebanyakan turis akan menginap di daerah Patong. Penasaran juga di Kata, konon sih ini versi sepi nya Phuket, mungkin kalo Bali, bagaikan Seminyak atau Nusa Dua. Jadi gak ada salahnya mencoba menginap di sekitar Kata. Daan, dua malam terakhir tentu saja akan di Patong dooong, save the best for last :D. Karena waktu itu sampai Airport di Phuket sudah jam 20.00 waktu setempat, saya langsung cuss dengan public transportation (mini van). Biaya lumayan murah, sekitar 200 baht saja per orang dan diantar sampai hotel. Tapi, karena public transportation, ya lumayan lama nunggu kuota penuh, sekitar setengah jam baru jalan, ditambah lagi harus (dipaksa) mampir ke travel agent untuk ditawarin berbagai macam island tour, mata udah keburu merem melek karena ngantuk.

Di perjalanan, saya sambil melihat-lihat area Kata malam hari. Ternyata bener yah, lumayan sepi dan waktu itu untuk menemukan keramaian di Kata, saya harus berjalan kaki lumayan jauh untuk menuju pusat club. Memang ada sih keramaian, tetapi cuma sedikit, mungkin karena saat itu sudah mencapai pukul 23.00 waktu setempat. Toko-toko souvenir, bikini dan baju-baju pun mulai tutup, padahal tangan gatel banget udah mau megang-megang bikini :p. Karena mata sudah terlalu mengantuk untuk sekedar mencicipi kopi atau makan malam di Club/Cafe, akhirnya saya hanya beli buah-buahan, air mineral, cemilan di 7/11, kebab dan tak lupa Banana Pancake yang akhirnya menjadi cemilan favorit saya selama di Phuket. Mentang-mentang Cuma 60 baht untuk banana pancake chocolate, saya selalu beli ini setiap hari di Phuket. Rasanya enak, pisang yang dibalut kulit martabak dan bisa dibuat dengan berbagai macam varian rasa. Paling endess kalo pakai nutella.. Halo lemak! T_T. Malam ini dan besok saya menginap di Rico’s Hotel, kamar jadul tapi yang penting bersih dan besar dengan tipe cottage dengan pemandangan kamar dekat depan swimming pool.

IMG_9359
cemilan wajib coba di Phuket ^ ^

Pagi hari sebelum berpetualang di sekitar Kata, saya menyewa motor di depan penginapan untuk satu hari dengan harga 400 baht. Sebenarnya harga standar untuk motor standar adalah sekitar 200 baht/hari, tetapi karena motor yang saya sewa jarang beredar di Jakarta dan modelnya saya suka, maka tak apalah sewa sedikit mahal :D.

IMG_9020
Penampakan motor sewaan dan.. Wow, mbaknya keling!

Matahari pagi itu cerah, seakan menyemangati saya memulai perjalanan di Kata. Langit biru ceria menemani saya sepanjang hari itu. Tujuan pertama saya adalah Big Buddha yang terletak di atas bukit. Semenjak mulai traveling, inilah pengalaman pertama saya jalan-jalan keliling-keliling naik motor. Ah, seru sekali! Pemandangan indah tidak lagi terhalangi kaca mobil, udara segar langsung menyapa tubuh tanpa perantara.Terpaan angin membuat saya lebih bersemangat menikmati perjalanan. Sesekali sinar matahari menusuk-nusuk kulit walaupun sudah memakai pelindung kepala dan jacket. Tetapi perjalanan menuju Big Buddha saat itu sungguh sejuk. Mendekati Big Buddha yang ada di atas bukit, cuaca malah cenderung agak dingin. Karena letaknya di ketinggian, dari kejauhan Bid Buddha sesekali terlihat. Dia seakan menyapa dengan agungnya.

Empat puluh lima menit telah terlewati, akhirnya saya sampai di Big Budhha. Tidak ada tiket masuk yang harus dibayar, hanya seperti biasa, wanita yang memakai pakaian minim diharuskan menutupi bajunya yang kekurangan bahan. 😀 *make sarung buang hot pants.

Ternyata Big Buddha masih dalam proses renovasi, namun tentu saja tidak menghalangi saya untuk foto-foto ^ ^. Kali ini pun perdana saya menggunakan Tongsis alias tongkat narsis di iPhone saya supaya bisa foto-foto ala #selfie sukaesih hihihi, seru deh. Gara-gara tongsis ini pun saya diliatin sama bule-bule, malah di kemudian tempat ada penduduk setempat yang nanya “itu apa” dan “beli dimana”. Indonesia gaul pisan! Mereka gak tau aja Tongsis sedang merajalela di Jakarta :D.

DSC_0003
Big Buddha di Phuket

DSC_0016

Bagian favorite saya di Big Buddha, sebagai wanita melankolis romantis, adalah (tentu saja) Lonceng Cinta! Kalau Paris dan Seoul punya Gembok Cinta, Phuket ternyata punya Lonceng Cinta. Tentu saja bagi saya maknanya lebih cihuy dan universal. Di depan area Big Buddha terdapat taman kecil yang didalamnya ada pepohonan yang rindang, berakar kokoh dan ranting pohon yang membentuk seperti gapura Selamat Datang. Disitulah terdapat banyak sekali Lonceng-lonceng Cinta digantung. Menurut saya, maknanya lebih universal, karena tidak hanya khusus untuk pasangan-pasangan yang mengikrarkan cinta supaya abadi *ciee maklum si mbak kebanyakan nonton drama 😀 . Di Lonceng-long ini, saya banyak melihat quotes-quotes tentang hidup yang dituliskan pada lonceng-lonceng tersebut. Lonceng bisa dibeli di sana dan hasil penjualannya akan disumbangkan untuk pengembangan pembangunan Big Buddha. Jadi itung-itung beramal kan? Hehe.. saya pun membeli satu lonceng yang paling kecil seharga 200 baht (kalo gak salah). Saya menuliskan nama dan tanggal berkunjung dan saya gantungkan pada akar yang menurut saya besar dan kokoh. Ah lucu sekali! Mungkin kalau kesana lagi, saya ingin lihat, apakah lonceng saya masih ada atau tidak :p. Ketika sedang mengambil foto lonceng, angin semilir menyapu taman. Seketika bunyi ratusan lonceng-lonceng bergemirincing riuh menari-nari. Kilatan-kilatan lonceng hasil pantulan sinar matahari seakan membuatnya lebih ramai. This is my first favorite moment in Phuket. Buat saya sih romantis *menatap nanar ke langit 😀

DSC_0013
Lonceng-lonceng
Lonceng-lonceng yang digantung di pohon
Lonceng-lonceng yang digantung di pohon

Setelah Big Buddha saya tidak ada rencana tujuan yang pasti. Hanya sekedar menelusuri pantai Rawai, Karon dan bermalas-malasan di Kata sambil menunggu sunset di Promp Thep Cape. Dalam perjalanan, saya menemukan spot cantik luar biasa. Ah entahlah tempat tempat di atas bukit ini namanya apa. Lalu saya memutuskan berhenti untuk sekedar minum es kelapa muda sambil melihat Phuket dari ketinggian. Saat itu saya bergumam, “Thank you God, this is such a heaven at that moment”. Langit biru cantik. Hamparan laut luas. Rumput kehijauan yang bergoyang. Dan Es kelapa Muda. Tak salah kalau tempat ini terbilang cantik, terbukti dengan adanya pasangan yang sedang sibuk photoshoot untuk pre-wedding.

DSC_0158
Beautiful spot 🙂
DSC_0159
Cerah Ceria
Es kelapa muda + Pantai
Es kelapa muda + Pantai

Saya melanjutkan menyusuri Kata dari Rawai Beach, Yanui Beach, Kata Noi, Kata Beach hingga Karon Beach. Sepanjang perjalanan, subhanallah bagus bangett pemandangannya. Naik turun bukit dengan pemandangan sebelah sisi adalah hamparan pantai. Tadinya mau share video disini, tapi apadaya yang ketangkep kebanyakan muka saya, rambut saya, muka saya, punggung saya.. #narsisdetected. Jadi, semoga saja teman-teman bisa mengunjungi Phuket dan melihat keindahan seperti yang saya lihat hehe. Akhirnya pilihan jatuh kepada Kata Noi beach sebagai tempat saya bersantai ria sampai sunset tiba. Suasana pantai tidak begitu ramai, karena memang bukan pantai yang terlalu komersil. Saya pun menyewa kursi pantai seharga 100 baht/kursi. Leyeh-leyeh time saat itu ditemani oleh ice cream cone yang melengkapi kemalasan saya beranjak dari kursi sambil melihat pemandangan bule-bule wanita topless menghadap kursi pantai birunya langit dan pantai.

IMG_9060
Relaxing

Hari pun beranjak tua, saatnya mengejar sunset! Favorite saya dalam setiap perjalanan. Saya pun menuju lokasi sunset point, Promp Thep Cape. Saat itu lokasi sudah mulai ramai. Saya pun menyempatkan diri membeli barang yang selalu saya beli kalau sedang berpergian, yaitu topi!. Coba ya, dikurang-kurangin lah itu beli topinya, bikin ribet pas bawa pulang. *percakapan dengan diri sendiri* abisan sih murah bangets ya, topi lebar gak sampai 70 ribuan.

Seperti biasa, sunset selalu cantik bagi saya. Tak kurang suatu apapun. Tak pernah gagal membahagiakan hati. Ini maaf yah kalau catper kali ini agak melankolis *ditulis kala sedang pms level 2.5 😀 *

IMG_9075
my favorite!

Saya memutuskan pulang setelah sunset digantikan malam. Bagaikan traveler yang gak mau rugi waktu, setelah istirahat dari hotel pun jalan-jalan tetep dilanjutin ke pasar malam. Pasar malam yang saya kunjungi adalah Pasar malam di area Karon. Saya lupa namanya, tapi sepertinya itulah satu-satunya pasar malam di area terbuka di daerah Karon. Pada gapura selamat datang, bertuliskan pengumuman tanggal pelaksanaan Loy Krathong (Festival pelepasan lampion). Ah, sayang sekali, festival dilaksanakan pada malam hari di tanggal saya pulang ke Jakarta. Padahal, melihat Loy Krathong adalah salah satu bucket list destination saya. Tapi ya sudahlah, lain kali pasti kesampaian. Seperti teori Paulo Coelho yang selalu saya yakini, jika kita menginginkan sesuatu dengan sungguh-sungguh, alam semesta akan berkonspirasi mewujudkanya 🙂

Gak sempet liat festival Loy Krathong :(
Gak sempet liat festival Loy Krathong 😦
jajanan pasar
jajanan pasar

Suasana pasar malam ramai! Berbagai macam makanan kaki lima yang bentuknya unik-unik ada disana, seperti telur mata sapi ukuran mini. Sayang, saya gak jadi nyoba, karena lidah Indonesia ini keburu ngiler makanan melayu, nasi + gulai kambing. Yummy! Kebetulan yang jual orang Malaysia, jadi dijamin halal yah. Setelah makan dan perut membuncit, saya pun pulang dan molor. Gak sabar buat besok, Island Hopping to Phi Phi!